KONFLIK
1.
Pengertian
Konflik, Pandangan Tradisional dan Modern.
A.
Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The
Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat
meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan
organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi
menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Pandangan tradisional (The Traditional View) Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal
yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik
disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik
ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang
kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk
tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2.
Pandangan
hubungan manusia (The Human Relation View) Pandangan ini menyatakan bahwa
konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok
atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari
karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau
pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu
hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata
lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau
perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3.
Pandangan
interaksionis (The Interactionist View) Pandangan ini cenderung mendorong
suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu
organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis,
apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan
ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan
sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis ,
percaya diri, dan keativ.
1.
Konflik Fungsional dan Disfungsional
PERBEDAAN KONFLIK FUNGSIONAL DAN DISFUNGSIONAL
Berdasarkan fungsinya, Robbins(1996:430) membagi konflik
menjadi Konflik Fungsional (Functional Conflict) dan Konflik Disfungsional
(DysfunctionalConflict ).
1.
Konflik Fungsional adalah konflik yang mendukung
pencapaian tujuan kelompok.Konflik fungsional bersifat konstruktif
dan membantu dalam meningkatkan kinerja organisasi. Konflik ini mendorong orang
untuk bekerja lebih keras, bekerja sama dan lebih kreatif. Konflik kini berdampak
positif atau dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi organisasi yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah
konflik yang terjadi antara bagian staff akademik dengan bagian staff pengajar.
Konflik tersebut bisa terjadi karena perberdaan cara pandang para anggota
bagian tersebut. Staff akademik hanya mengatur penjadwalan pengajar sesuai
dengan mata kuliahnya. Tanpa menghiraukan berapa lama pengajar tersebut mengajar
dalam satu hari. Sedangkan staff pengajar hanya dapat menerima jadwal yang
sudah dibuat oleh staff akademik. Mungkin sebagian pengajar mengeluh karena begitu
padatnya jadwal yang telah dibuat. Maka
staff pengajar melakukan komplen kepada staff akademik. Hal ini menyebakan
staff akademik harus bekerja dua kali untuk mengatur ulang jadwal yang telah dibuat.
2.
Konflik Disfungsional adalah konflik yang
merintangi pencapaian tujuan kelompok. Konflik disfungsional bersifat destruktif
dan dapat menurunkan kinerja organisasi. Konflik disfungsional dapat diartikan
setiap konfrontasi atau interaksi diantara kelompok yang merugikan organisasi
atau menghalangi pencapaian tujuan organisasi. Contoh konflik ini adalah dua orang
karyawan yang tidak bisa bekerja sama karena permusuhan pribadi, anggota komite
yang tidak dapat menyetujui tujuan yang ditetapkan organisasi. Batas yang menentukan
apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas(kabur).Suatu
konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu,tetapi tidak fungsional
diwaktu yang lain. Kriteria yang membedakan
apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut
terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat
meningkatkan kinerja kelompok,walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebut dikatakan fungsional. Demikian
sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan
kinerja kelompok maka konflik tersebut disfungsional.
0 komentar :
Posting Komentar