Rabu, 18 Februari 2015

KONFLIK
1.      Pengertian Konflik, Pandangan Tradisional dan Modern.
A.    Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:

1.      Pandangan tradisional (The Traditional View)  Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.

2.      Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View) Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.

3.      Pandangan interaksionis (The Interactionist View) Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis , percaya diri, dan keativ.

1.     Konflik Fungsional dan Disfungsional
       PERBEDAAN KONFLIK FUNGSIONAL DAN DISFUNGSIONAL
       Berdasarkan fungsinya, Robbins(1996:430) membagi konflik menjadi Konflik Fungsional (Functional Conflict) dan Konflik Disfungsional (DysfunctionalConflict ).

1.       Konflik Fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok.Konflik fungsional bersifat konstruktif dan membantu dalam meningkatkan kinerja organisasi. Konflik ini mendorong orang untuk bekerja lebih keras, bekerja sama dan lebih kreatif. Konflik kini berdampak positif atau dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi organisasi yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah konflik yang terjadi antara bagian staff akademik dengan bagian staff pengajar. Konflik tersebut bisa terjadi karena perberdaan cara pandang para anggota bagian tersebut. Staff akademik hanya mengatur penjadwalan pengajar sesuai dengan mata kuliahnya. Tanpa menghiraukan berapa lama pengajar tersebut mengajar dalam satu hari. Sedangkan staff pengajar hanya dapat menerima jadwal yang sudah dibuat oleh staff akademik. Mungkin sebagian pengajar mengeluh karena begitu padatnya jadwal yang telah dibuat.  Maka staff pengajar melakukan komplen kepada staff akademik. Hal ini menyebakan staff akademik harus bekerja dua kali untuk mengatur ulang jadwal yang telah dibuat.


2.       Konflik Disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok. Konflik disfungsional bersifat destruktif dan dapat menurunkan kinerja organisasi. Konflik disfungsional dapat diartikan setiap konfrontasi atau interaksi diantara kelompok yang merugikan organisasi atau menghalangi pencapaian tujuan organisasi. Contoh konflik ini adalah dua orang karyawan yang tidak bisa bekerja sama karena permusuhan pribadi, anggota komite yang tidak dapat menyetujui tujuan yang ditetapkan organisasi. Batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas(kabur).Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok  yang lain. Begitu pula, konflik dapat  fungsional pada waktu tertentu,tetapi tidak fungsional diwaktu yang  lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok,walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka  konflik tersebut dikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut  disfungsional.



0 komentar :

Posting Komentar